TIPS

KESALAHAN PENULISAN KARYA TULIS

karya ilmiah

HALAMAN COVER

  1. Halaman judul huruf besar semua dibuat susunannya piramida terbalik, semakin ke bawah semakin mengerucut.
  2. Isi halaman cover Judul, logo, nama, instansi

EDITING NASKAH

Dalam penulisan karya ilmiah maupun Skripsi. Kesalahan yang seling terjadi adalah:

1. Satu paragrap, minimal 2 kalimat. Panjang paragrap perlu keseimbangan.

2. Hindari penggunaan kata ganti orang. (Ia, Mereka, Kami, Saya, Dia)

3. Bila menyingkat kata, maka perlu dijabarkan dahulu singkatannya baru disingkat. Misalnya: Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

4. Hindari kata yang Ambigu, artinya kata tersebut mendua arti. (Guru sebagai ujung tombak pendidikan di Indonesia). Ujung tombak artinya: 1) ujung senjata tombak dan 2) sebagai guru yang membimbing siswa dalam pendidikan.

5. Hindari kesalahan pemakaian “di” yang disambung dan dipisah. Misalnya, di Desa, dimengerti, di lingkungan, direkayasa.

6. Semua nama tempat huruf besar. Yogyakarta, Bantul, Kelurahan Wirobrajan.

7. Hindari kata “bagaimana” (selain untuk Rumusan Masalah)

8. Hindari kata “dimana”.

9. Untuk Judul, dan sub judul, tebal.

10 Gunakan notasi yang benar dan teratur. Urutannya: I kemudian  A, kemudian 1.,  kemudian  a.; kemudian 1) dan seterusnya.

11.  Hindari kata sambung di depan paragrap, misalnya, walaupun, kemudian, dan.

12. Semua kutipan harus diberi nama pengarang, tahun, dan juga bisa diberikan halaman. Misalnya (Subarno, 2011:12)

13. Hindari kata yang berulang dalam satu kalimat. (Penggunaan “yang”, “dan” lebih baik satu kali dalam satu kalimat.

14.  Rata paragraf kanan dan kiri.

15. Jarak yang digunakan dalam menulis karya ilmiah tetap. Bila 2 spasi 2 spasi semua. Bila 1,5 spasi, 1,5 spasi semua.

16. Semua kata asing dan daerah yang belum diakui dalam bahasa Indonesia ditulis miring.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dalam daftar pustaka juga sering terjadi kesalahan.

1. Daftar Pustaka diketik dalam satu spasi. Jarak antar judul buku 2 spasi. Baris kedua dan seterusnya menjorok 7-10 ketukan.
2. Daftar pustaka tidak usah dibalik namanya (bila tidak ada yang mengaturnya), kecuali nama marga dan nama asing. Misalnya, Retno Jaelani. Bukan Jaelani, Retno.
3. Daftar pustaka urut abjad.
4. Semua titel pendidikan tidak usah ditulis. Misalnya Drs. Johan, M.Pd, cukup ditulis Johan.
5. Daftar pustaka sebaiknya berangka tahun 2000 ke atas
6. Penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet dapat digunakan asal terdapat nama penulis baik berwujud makalah, jurnal, maupun tulisan ilmiah.
7. Penulisan buku: Nama. Tahun. Judul (miring), Kota: Penerbit.
8. Penulisan internet: Nama. Tahun. Judul (miring). (Online) (http//www.jfjfafakfafaf, diunduh tanggal ……).

TIPS

MADING, TIPS DAN TRIK MEMENANGKAN LOMBA

Tulisan ini akan memberikan pemahaman kepada berbagai pihak yang ingin membuat Mading Standar. Banyak sekali majalah dinding yang sering dilihat di berbagai sekolah, namun kadangkala sistem pembuatannya tidak standard.

Aturan Mading Flat (Biasa):

1.   Ukuran mading bermacam-macam, namun yang sering digunakan standarisasi lomba adalah 1 meter x 1,2 meter.

2.   Agar mading rapi maka diberi alas steroform (gabus yang agak tebal)

3.   Mading untuk standarisasi lomba menggunakan kolom-kolom yang rapi dan teratur

4.   Bahan, tema, isi dan ilustrasinya disesuaikan dengan tema-tema yang ditetapkan. (Bila temanya tentang flora, banyak menggunakan tanaman. Bila teknologi banyak ilustrasi teknologi)

5.   Mading yang mempunyai skor tinggi adalah Mading yang ditulis dengan tangan.

6.   Kolom Mading disesuaikan dengan kondisi bidang garap mading, 6-10 kolom.

7.   Kolom atas berisi Pengantar Redaksi, Logo universitas, Nama, Slogan, Logo organisasi, Nama Redaksi (jangan lupa diberi nomor edisi)

8.   Kolom isinya bervariasi, namun yang perlu ada adalah Tajuk Rencana (membahas permasalahan hangat dari redaksi, berita utama, wawancara, profil, poster, peristiwa, opini (pendapat pribadi), cerpen, kartun, dan bisa dilengkapi naskah lain.

9.  Usahakan agar ilustrasi jangan menutupi tulisan, atau menggangu artikel.

10. Jangan terlalu banyak ruang kosong (space) yang tidak digunakan.

11. Bila mengambil berita sertakan sumber yang jelas.

a. Mading perlu menggunakan warna-warna yang senada. Perlu dipilih warna-warna yang dominan agar Mading dapat enak dipandang mata.

b. Sesuaikan ilustrasi gambar naskah agar sesuai dengan tulisan. Tata gambar agar enak dipandang.

Contoh layout Mading (namun masih bisa di kreasi sendiri)

Ini adalah sket mading yang standar
Ini adalah sket mading yang standar
TIPS

UJIAN BUKU PENDIDIKAN HUMANISTIK

MENINGKATKAN TAHAP PERKEMBAGAN MORAL

[]   Guna meningkatkan perkembangan moral pada peserta didik maka perlu diciptakan konflik kognitif untuk dapat merangsang peserta didik mengambil keputusan-keputusan secara mandiri. Hal tersebut dapat memacu peserta didik untuk mempunyai respons terhadap permasalahan moral di sekitarnya baik dalam pendidikan maupun dalam lingkungan.

     Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan mengembangkan kesadaran moral, meningkatkan kondisi agar peserta didik mengembangkan seni bertanya, serta menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang kondusif bagi tumbuh kembangnya perkembangan moral.

 

MANFAAT PENINGKATAN TAHAP PERKEMBANGAN MORAL

[]   Manfaat dari peningkatan perkembangan moral antara lain sikap saling mempercayai, menghargai, mau bekerja sama dan mempunyai kapasitas yang luas dalam menerima berbagai perbedaan. Apabila sikap tersebut dapat tertanam pada diri siswa maka siswa tersebut akan mandiri dalam menentukan sikap dan tidak dapat terprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan moral, karena telah memahami akan hakekat moral, terbiasa, dan selalu melakukan tindakan moral.

 

PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PENDIDIKAN NILAI

[]   Pendekatan komprehensif dalam pendidikan dilatarbelakangi oleh adanya ketidaktepatan penggunaan pendidikan moral yang bersifat indoktrinasi untuk membendung terjadinya perilaku moral yang yang menyimpang dari norma-norma masyarakat. Subjek didik tidak dapat mengambil keputusan secara mandiri dalam memiih nilai-nilai yang bertentangan dalam era globalisasi. Keteladanan juga kadang tidak dapat menjadi patokan karena tidak jelas sosok teladan yang seperti apa yang menjadi panutan.

[]   Pendekatan tunggal tidak lagi dapat diandalkan dalam pendidikan nilai, maka diperlukan model pendekatan komprehensif yang diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah yang lebih baik.

[]   Pendidikan komprehensif bersifat multidimensional yang bertujuan menolong subjek didik memperoleh pengetahuan, kerampilan, sikap dan nilai yang membantu subjek didik mengalami kehidupan yang secara pribadi dan sosial lebih menyenangkan

[]   Melalui pendekatan komprehensif diharapkan pendidikan nilai dapat lebih maksimal diperoleh siswa agar setelah lulus dari sekolah siswa dapat mempunyai kemantapan untuk dapat mengambil kebijakan dalam keputusan moral dan mempunyai sifat-sifat yagn luhur untuk dapat diterapkan dalam kehidupannya.

 

[]   LINGKUNGAN PENDIDIKAN KOMPREHENSIF

     Lingkungan pendidikan yang komprehensif tidak hanya terjadi pada hubungan antara subjek didik dengan teman-temannya, namun lebih luas dari hal itu yakni pada keseluruhan proses belajar mengajar, dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler, dalam proses bimbingan dan konseling, upaara, pergaulan di sekolah maupun dalam berbagai aspek.

     Lingkungan pendidikan yang komprehensif banyak memfasilitasi siswa untuk dapat mandiri mengembangkan nilai-nilai moral dengan penyediaan literatur yang bertemakan dilema moral, anti korupsi, berempati, keteladanan, contoh kasih sayang, mengenali diri, harga diri, kerapilan berpikir, membuat keputusan, berkomunikasi, kerampilan sosial dan sebagainya.

 

    

[]   METODE PENDIDIKAN KOMPREHENSIF

     Metode yang digunakan dengan menggabungan berbagai metode yang saling mengkualifikasi diantaranya adalah inkulkasi nilai, pemberian teladan dan penyiapan generasi muda agar dapat mandiri  dengan mengajarkan dan memfasiitasi pembuatan keputsuan moral secara bertanggungjawab dan ketrampilan hidup lainnya.

     Pendidikan nilai membutuhkan teladan dari orang-orang di sekelingnya sehingga dapat diaktualisi dalam dirinya. Kemampuan untuk mengambil keputusan dalam permasalahan yang dilematis juga menjadi bagian dari pendidikan komprehensif agar lebih bersikap mandiri.

     Metode pembelajaran dapat dilakukan dengan inkulkasi nilai, keteladanan nilai dari orang tua dan guru, fasilitasi (meningkatkan hubungan, memahami, menerima, menyadari kebaikan), dan pengemangan ketrampilan akademik dan sosial (berpikir kritis  dan mengatasi masalah).

 

[]   EVALUASI KOMPREHENSIF

Evaluasi komprehensif dilakukan dengan menggabungkan berbagai evaluasi seperti evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif maupun evaluasi perilaku.

Evaluasi penalaran moral didasarkan pada penilaian pemahaman kemampuan penalaran moral, perasaan moral sampai dengan mengambil keputusan moral. Konsep dasar yang menjadi patokan adaah penelitian tahap perkembangan moral dari Piaget dan Kolhberg. Tahapan tersebut dilalui dari heteronomi ke otonomi.

Evaluasi karakteristik afektif yaitu dengan cara pengukuran secara berjenjang dengan skala Lingkert, Guttman atau semantif differential (Nuci). Caranya dengan mengukur afek atau perasaan seseroang secara langsung dan dapat diprediksi ada tidaknya afek, arah maupun intensitasnya.

Evaluasi perilaku yaitu dengan cara melakukan observasi atau pengamaan dalam jangka waktu yang relatif lama dan terus menerus. Dengan pengamatan maka dapat disimpulkan tentang watak, dan perilaku seseorang.

 

    

MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN INTRA PRIBADI

[]   Ketrampilan intrapribadi merupakan kemampuan dalam pengembangan kemampuan untuk mengelola dirinya sendiri. Ketrampilan intrapribadi berwujud sikap-sikap positif untuk menghargai orang lain, banyak menemukan aternatif pemecahan masalah, sabar  dan mandiri.

     Cara mengembangkannya yaitu dengan kebiasaan untuk menggunakan berbagai unsur dari dirinya misalnya dengan menggunakan unsur material (tubuh), aspek sosial dalam memperlakukan orang lain, maupun aspek spiritual seperti emosi, intelektual dan kemauan.

     Meningkatkan kesadaran diri dengan menghilangkan kepura-puraan.

     Dengan pengembangan intrapribadi seseorang dapat mengontrol tindakannya.

 

MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN ANTAR PRIBADI

[]   Ketrampilan pengembangan ketrampilan diri untuk berhubungan dengan antarpribadi (orang lain).

     Cara yang dapat dikembangkan adalah menggunakan ekspresi yang gembira kepada semua orang, menggunakan komunikasi lisan maupun tertulis sebagai cerminan peningkatan hubungan antar pribadi. Mencoba untuk memahami orang lain, menggunakan wawasan, mnegatasi konflik, serta keobjektifan dalam melihat orang lain.

     Robert Baltom dalam People Skills membagi empat bidang ketrampilan antar pribadi yaitu

1.  Kemampuan menyimak (mendengarkan secara aktif, penuh pemahaman dan daya kritis)

     Menyimak memungkinkan seseorang benar-benar memahami apa yang dikatakan orang lain

2.  Ketrampilan asertif

     Perilaku verbal dan non verbal yang membuat kita dapat menjaga rasa hormat kita terhadap orang lain. Rasa puas dapat mengungkapkan maksud kita, dan mempertahankan hak-hak kita tanpa mendominasi, memanipualasi menyakiti perasaan atau mengawasi orang lain.

3.  Kemampuan mengatasi konflik

     Menghadapi pergolakan perasaan yang biasanya menyertai konflik

4.  Kemampuan mengatasi masalah bersama

     Cara mengatasi situasi ketika kita dihadapkan pada asanya pertentangan antara kepentingan kita dengan kepentingan pihak lain dengan memuaskan semua pihak.

     Mengembangkan sikap tenggang rasa terhadap orang lain dengan membayangkan sesuatu keadaan dipandang dari sudutpadangorang lain.

Meningkatkan empati dengan instropeksi diri. Keiklasan, cinta danpa ingin memilik dan empati.

 

MENGINTEGRASKKAN NILAI KETAATAN BERIBADAH, KEJUJURAN, KEDISIPLINAN, TANGGUNGJAWAB, KEJSAMA DAN HORMAT PADA ORANG LAIN

 

[]   Guna mengintegrasikan berbagai karakter baik beribadah, kejujuran, kedisiplinan, tanggungjawab, kerjasama dan hormat kepada orang lain perlu dilakukan dengan menggabungkan berbagai metode pembelajaran yang komprehensif. Metode-metode tersebut semaksimal mungkin digunakan untuk memaksimalisasi dari dampak positif pendidikan nilai seperti metode inkulkasi, keteladanan, fasilitasi dan ketrampilan akademik dan sosial.

[]   Sebagai seorang guru dapat secara maksimal menerapkan metode tersebut dengan memberikan tauladan yang baik kepada siswa, menggali dan menasehati siswa tentang arti pentingnya pendidikan nilai, berempati dan berusaha memasukkan ketrampilan sosial.

[]   Misalnya dalam pembelajaran PKn, guru memberikan contoh-contoh tauladan misalnya Perjuangan Kemerdekaan. Siswa agar dapat mencontoh para pahlawan yang  rela berkorban, kemudian diadakan diskusi kelompok agar siswa mengembangkan kedisiplinan, tanggungjawab kelompok dan apabila waktu telah sampai pada waktu sholat maka siswa diingatkan untuk melakukan ibadah sholat.

 

 

 

PERBEDAAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

[]   Berpikir kritis  dengan cara mencari kejelasan pernyataan, mencari alasan, mencoba memperoleh informasi yang benar, menggunakan sumber yang dipercaya, mempertimbangkan keseluruhan situasi, mencari alternatif, terbuka, membuka pandangan, mencari ketepatan, sensitif terhadap perasaan tingkat pengetahuan dan kecanggihan.

[]   Berpikir kritis dapat membentuk kepribadian yang lebih bijaksana untuk tidak dapat diprovokatori dan melakukan tindakan-tindakan yang kontroversial.

[]   Berpikir kreatif adalah suatu ketrampilan dari individu dalam menggunakan proses berpikirnya sehingga menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif, baik berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi dan intuisi individu.

 

 

MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN KRITIS DAN KREATIF

[]   Cara mengembangkan ketrampilaan kritis

     – Meningkatkan kepekaan terhadap masalah yang timbul dalam masyarakat dan jeli untuk mengidentifikasi  masalahserta merumuskannya secara tepat.

     – Meningkatkan pengetahuan yang relevan dengan permasalahan yang ada sehingga permasalahan dapat diatasi dengan cepat dan tepat dengan kritis dan kreatif.

     – Latihan mengemukakan konsep-konsep untuk berpikir secara mendalam (kritis dan analitis) sehingga dapat menguasainya dengan baik.      

     – Membaca banyak literatur dan obsevasi kondisi sosial dan berusaha untuk mengkritisi berbagai permasalahan benar.

     – Mencermati rekan-rekan saat presentasi makalah dan berusaha bertanya secara kritis tentang berbagai hal yang mengandung dilematisasi dan perlu penjabaran.

 

[]   Cara mengembangkan berpikir kreatif

     – Mencari banyak ide dari perubahan jaman dan menganalisisnya menjadi sesuatu yang baru dalam mengantisipasi permasalahan.

     – Mengembangkan berpikir positif dan menganggap masalah merupakan tantangan, menganggap sebagai pengalaman bau dan meningkatkan cara berpikir untuk terus masu belajar dan belajar.

 

 

MEMBANGUN KEMITRAAN ANTARA SEKOLAH DAN KELUARGA DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN PENDIDIKAN NILAI

[]   Membangun kemitraan anatara sekolah dan keluarga dengan cara menciptakan suasana kondusif di sekolah maupun dalam keluarga.

     Di sekolah murid-murid perlu di dukung sepenuhnya dengan mengaktualisasi kemampuannya, murid diberikan pengaruh positif, mencipttakan pembelajaran yang menyenangkan, adanya peraturan sekolah yang dilaksanakan dengan tertib, komunikasi antar warga yang tearbuka, adanya kerjasama dalam pembelajaran.

[]   Suasana dalam keluarga juga diupayakan agar sesuai dengan situasi sekolah dengan memberikan kasih sayang, komunikasi yang terbuka, kesempatan bekerja dengna ikhlas, pembiasaan keluarga yang positif, mengembangkan nilai-nilai moral dalam keluarga.

1.  Meningkatkan partisipasi siswa untuk dilibatkan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

2.  Memberikan dasar-dasar kepemimpinan dengan memberikan nasehat dan tanggungjawab secara nyata kepada siswa untuk mengaktualisasi sifat kepemimpinannya.

3.  Pengelolaan siswa untuk dapat berinteraksi membangun persahabatan agar berperilaku konstruktif dan produktif

4.  Menegakkan norma atau aturan yang bersifat fleksibel karena terdapat banyak perbedaan. Sikap sportifitas dalam melaksanakan norma dan aturan akan menjadikan anak bearperilaku toleran.

4.  Menciptakan kesenangan anggota kelompok untuk tetap berada dlam kelompoknya (kekohesifan). Hal ini dapat diciptakan melalui kekompakan, saling memperhatikan, dan saling mendukung

MENGATASI TAWURAN YANG EFEKTIF

 

[]   Budaya kekerasan dapat diantisipasi dengan meningkatkan budaya perdamaian. Budaya perdamaian dapat ditanamkan pada jalur-jalur formal pendidikan agar siswa mempunyai ketrampilan untuk mengatasi berbagai konflik yang muncul.

[]   Metode yang bagus adalah bukan dengan indoktrinasi namun menggunakan inkuri bersama untuk memahami hakikat amsalah yang dihadapi dan menemukan kemungkinan pemecahan masalah.

[]   Siswa perlu dibei kesempaan untuk memahami berbagai bentuk resolusi konflik yaitu dengan meningkatkan pemahaman terhadap siswa lain baik secara individu maupun kelompok.

[]   Memberian dorongan kepada siswa untuk membayangkan suatu dunia yang damai, tanpa kekerasan.

[]   Mengajarkan pada siswa nilai-nilai inkulkasi, permodelan, fasilitasi, pengembangan keptrampilan sosial dalam berbagai mata pelajaran untuk dapat mengurangi tawuran

 

Disamping Altenatif itu jugad apat ditempuh dengan tahapan pendekatan preventif, pendekatan ketrampilan dan pendekatan akademik.

[]   Pendekan preventif dengan cara menciptakan suasana kelas yang kooperatif, mempelajari dan menghargai perbedaan dan mengelola kemarahan.

[]   Pendekatan ketrampilan yaitu mengatasi permasalahan sehingga salah satu pihak tidak dirugikan, terpuaskan. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertemukan keduapihak untuk saling menyatakan permasalahan awal, menyatakan alasan, memahami posisi lainnya, menemukan solusi yang tidak merugikan pihak lain, menghargai pihak lain, maupun bernegosiasi.

[]   Pendekatan akademik, dengan melakukan berbagai kajian imiah dengan wujud diskusi debat dan penyelesaian masalah yang kontroversial (pendekatan kontroversi akademik) maupun melalui membentukan kurikulum akademik yang membei kesempatan kepada siswa untuk belajar tentang perdamaian.

TIPS

UJIAN POLA PERILAKU ALAM DAN LINGKUNGAN

1. Perubahan lingkungan dan implikasinya pada aktivitas sosial – ekonomi dalam masyarakat Adannya perubahan lingkungan dapat membawa perubahan juga pada aktivitas sosial ekonomi di masyarakat. Perubahan lingkungan yang terjadi secara lamban kemungkinan tidak berdampak luas kepada masyarakat (misalnya cuaca), namun apabila perubahan lingkungan terjadi secara mendadak dan berskala besar, maka akan menimbulkan pengaruh bagi aktivitas sosial ekonomi dalam masyarakat. Contoh kongkrit perubahan lingkungan seperti perisiwa Tsunami di Aceh, gempa di Bantul, maupun kasus lumpur Lapindo. Kondisi alam yang merubah lingkungan (banjir, gempa, tanah longsor dll) menyebabkan aktivitas ekonomi dalam masyarakat tidak berjalan. Hal ini dikarenakan perekonomian terabaikan karena masyarakat memilih untuk mengurusi permasalahan lingkungan. Kasus-kasus besar seperti Tsunami dan Gempa di Bantul dapat melumpuhkan semua sektor ekonomi. Masyarakat tidak beraktivitas, transaksi ekonomi hampir tidak terjadi, infrastruktur, sarana dan prasaranyapun tidak ada. Aktivitas sosial kemasyarakatan juga tidak banyak dilakukan seperti biasanya, karena masyarakat lebih banyak mengungsi, atau memikirkan permasalahan keluarganya daripada berpikir tentang kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial. Perubahan lingkungan yang berskala besar, menjadikan masyarakat tidak dapat beraktivitas secara ekonomi maupun sosial dalam jangka waktu yang lama. Bahkan, untuk memulihkan kondisi seperti biasanya memerlukan biaya dan waktu yang tidak dapat diprediksikan. Perubahan lingkungan juga dapat mengubah struktur masyarakat dan ekologi masyarakat di suatu tempat. Kasus Tsunami yang terjadi di Aceh mampir merusak berbagai bangunan di berbagai desa sehingga banyak masyarakat yang meninggal. Komunitas masyarakatpun menjadi berubah. Perubahan lingkungan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup manusia menyebabkan adanya gangguan terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen lingkungan menjadi berkurang fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur tangan manusia dan dapat pula karena faktor alami. Dampak dari perubahannya belum tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang mesti memikul serta mengatasinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur tangan manusia. Perubahan ini terjadi karena penebangan hutan, pembangunan pemukiman, dan penerapan intensifikasi pertanian. Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat lain adalah munculnya harimau, babi hutan, dan ular di tengah pemukiman manusia karena semakin sempitnya habitat hewan-hewan tersebut. Pembangungan pemukiman pada daerah-daerah yang subur merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pagan. Semakin padat populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi tidak atau kurang produktif. Pembangunan jalan kampung dan desa dengan cara betonisasi mengakibatkan air sulit meresap ke dalam tanah. Sebagai akibatnya, bila hujan lebat memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan di sekitamya menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif melakukan fotosintesis. Akibat lebih lanjut, kita merasakan pangs akibat tumbuhan tidak secara optimal memanfaatkan CO2, peran tumbuhan sebagai produsen terhambat. Perubahan lingkungan juga disebabkan karena faktor alam. Perubahan lingkungan secara alami disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam seperti kebakaran hutan di musim kemarau menyebabkan kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut. Selain itu, terjadinya letusan gunung menjadikan kawasan di sekitarnya rusak. Sumber: Hari Poerwanto. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropogi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hans. J. Daeng. 2008. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar http://beritamanado.com/2009/06/06/pariwisata-dan-perubahan-lingkungan/ 2. Pengaruh keadaan lingkungan hidup terhadap berbagai aspek perkembangan kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan mempunyai keterkaitan yang erat. Kebudayaan muncul karena adanya adaptasi dengan lingkungan sekitar. Unsur-unsur kebudayaan yang diambil dari kondisi lingkungan, menghasilkan kebudayaan yang spesifik sehingga berpengaruh pada berbagai kebudayaan dan seni (seni suara, seni tari, seni arsitektur, bentuk bangunan dan sebagainya). Masyarakat yang hidup dalam lingkungan hidup yang dingin pasti membangun rumahnya sesuai dengan kondisi lingkungan dan memanafaat apa yang ada di lingkungannya untuk membangun rumah yang mempunyai arsitektur yang khas. Tari-tarian, lagu, alat musik dan sebagainya, merupakan wujud dari penyelarasan kebudayaan dengan lingkungan. Bagi daerah-daerah yang banyak menghasilkan bambu, maka akan timbul musik kulintang, bagi daerah yang banyak menghasilkan tembaga maka di situ akan timbul kebudayaan ukir tembaga, alat musik dan sebagainya. Kebudayaan yang diciptakan dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar masyarakat. Kebudayaan sebagai ciptaan atau warisan hidup bermasyarakat adalah hasil dari daya cipta atau kreasi para pendukungnya dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan, yaitu untuk memenuhi keperluan biologi dan kelangsungan hidupnya sehingga ia mampu tetap survive. Perubahan suatu lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan, dan perubahaan kebudayaan dapat pula terjadi karena mekanisme lain seperti munculnya penemuan baru atau invention, difusi dan akulturasi. Dengan kebudayaan yang dimilikinya, suatu masyarakat akan mengatur perilaku mereka dalam hubungannya dengan lingkungan, demikian pula dalam interaksi sosial maupun dengan dunia supernatural mereka. Manusia kemudian mempergunakan segala sumber yang ada di sekitarnya secara teratur dan tersusun, menciptakan peralatan dan teknik-teknik untuk membantu menghasilkan berbagai bahan berguna bagi keperuluan hidupnya. Berdasarkan sifat manusia untuk memanfaatkan alam maka timbul gagasan (ide), peralatan, dan kelembagaan dalam masyarakat yang pada awalnya dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu dasar dan perkembangan suatu kebudayaan terkait dengan identitas alamnya. Faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan dipengaruhi juga oleh pelaku kebudayaan sendiri. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau kepada anak cucu mereka melainkan dapat pula secara horizontal yaitu manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Pewarisan kebudayaan tersebut tentu saja harus juga didukung oleh lingkungan. Terdapat banyak sekali kebudayaan yang mati karena adanya modernisasi lingkungan maupun karena sudah punahnya berbagai bahan yang dapat mendukung kebudayaan. Dalam kaitannya dengan kebudayaan, suatu perubahan ekologis juga akan dapat sekaligus membuat manusia menyesuaikan bebagai gagasan mereka, misalnya tentang kosmologi, suksesi politik, kesenian dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa teknologi, produksi subsistem dan organisasi sosial dalam rangka menghasilkan bahan pangan, juga dapat disebarkanluaskan dan dikendalikan oleh sistem sosial-budaya yang dimiikinya. J.H. Steward, lebih menekankan hubungan antara kebudayaan dengan alam lingkungan, dengan memberikan pula gambaran akan adanya perbedaan kebudayaan suatu kelompok. Terdapat keanekaragaman kebudayaan tersebut dinilai lebih sebagai akibat perbedaan lingkungan sekitar mereka. Tetapi perbedan alam sekitar bukan merupakan satu-satunya yang menyebabkan timbulnya perbedaan kebudayaan. Kebudayaan berkembang secara akumulatif, dan semakin lama bertambah banyak serta kompleks. Untuk meneruskan dari generasi ke generasi, diperlukan suatu sitem komunikasi yang jauh lebih kompleks daripada yang dimiliki binatang, ialah bahasa, baik lisan, tetulis maupun dalam bentuk bahasa isyarat. Agar suatu kebudayaan dapat merespon berbagai masalah kelangsungan hidup makhluk manusia dan tetap dipelajari oleh generasi berikutnya, maka suatu kebudayaan harus mampu mengembangkan berbagai sarana yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pokok para individu. Pustaka: Hari Poerwanto. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropogi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hans. J. Daeng. 2008. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 3. Lingkungan dan pembangunan berkelanjutan (sustainable) di pedesaan di Indonesia Dalam perencanaan pembangunan perlu diadakannya pembangunan yang berkelanjutan yang tidak merugikan lingkungan. Adanya keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan maka menjadikan lingkungan tidak rusak dan pada akhirnya dapat membayakan masyarakat itu sendiri. Proses perusakan alam yang berdalih untuk pembangunan harus dipikirkan juga proses rehabilitasi berbagai tempat yang dapat mengganti fungsi lingkungan yang telah didirikan bangunan. Konsep pembangunan perlu ditata dari awal, sehingga konsep pembangunan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan hukum tentang lingkungan serta tidak mengganggu lingkungan. Kawasan-kawasan yang memang digunakan untuk mempertahankan ekosistem alam, diupayakan jangan sampai dirusak atau dialihkan untuk pembangunan. Hilangnya komunitas lingkungan akan menjadikan terjadinya bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, maupun yang lainnya. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan terhadap sumber daya alam yang ada dengan memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, sebagai komponen yang penting pada sistem penyangga kehidupan untuk penyerasi dan penyimbang lingkungan global, sehingga keterkaitan dunia internasional menjadi hal penting, dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional. Melalui konsep pembangunan berkelanjutan, diupayakan agar tercapai keselarasan antara pembangunan ekonomi dengan aspek lingkungan, sementara itu antara lingkungan dengan kebudayaan terdapat saling keterkaitan. Konsepsi pembangunan berkelanjutan yang dicetuskan oleh Komisi Sedunia tentang Lingkungan dan Pembangunan, menunjukkan semakin pentingnya pendekatan inter dan multidisipliner untuk mengatasi pencemaran lingkungan dan kemerosotan sumberdaya alam sebagai akibat pembangunan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri. Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, Bagi Indonesia mengingat bahwa kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah dari sumberdaya alam, dapat dikatakan bahwa sumberdaya alam mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik pada masa lalu, saat ini maupun masa mendatang sehingga, dalam penerapannya harus memperhatikan apa yang telah disepakati dunia internasional. Namun demikian, selain sumberdaya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di lain pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan dan begitu juga aturan yang mestinya ditaati sebagai landasan melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan mendukung pembangunan dari sektor ekonomi kurang diperhatikan, sehingga ada kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan hidup. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis air, krisis energi dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di Indonesia cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua unsur : • Yang pertama adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golongan masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara. • Yang kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan,sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan,informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi) dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi terintegrasikan dan menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan daerah. Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup : 1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah. 2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam. Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif 3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup. Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan. 4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten. 5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan. Pustaka: Baiquni, M dan Susilawardani. 2002. Pembangunan yang tidak Berkelanjutan, Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia. Yogyakarta: Transmedia Global Wacana. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Hari Poerwanto. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropogi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hans. J. Daeng. 2008. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 4 Ekologi dan pengembangan program pariwisata di perkotaan pedesaan di Indonesia Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan makhluk hidup khususnya manusia dalam hubungannya dengan kondisi lingkungan hidupnya dimana manusia itu berada dan memanfaatkan lingkunngan itu memenuhi keperluan hidupnya. Manusia harus merawatnya dengan tindakan-tindakan yang di pertimbangkan untuk mendapatkan keseimbangan dalam kelangsungan lebih lajut hidupnya. Dalam mengembangkan pariwisata, terdapat berbagai pertimbangan yang perlu diperhitungkan. Pariwisata-pariwisata alam yang dikembangkan di Indonesia tentu saja akan menjadikan lingkungan semakin terata rapi dan terkelola dengan baik. Namun pengembangan pariwisata yang harus mengorbankan faktor lingkungan dalam pembangunannya akan menjadikan bencana bagi masyarakat, karena dapat juga lingkungan menjadi lebih ganas karena dapat menimbulkan bencana. Pengelolaan lingkungan hidup manusia tidak lepas dari ekologi manusia, yaitu hubungan timbal balik antara prilaku manusia dengan lingkungan hidupnya. Perilaku manusia terikat dengan tingkat nilai-nilai budaya yang melatar belakanginya dalam mengelola. Di Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya tercatat adanya tipifikasi lingkungan ekosistem gunung, ekosistem sungai, ekosistem urban, ekosistem bukit karst, ekosistem pantai. Ekosistem ini spesifik dan terpadu, fokus kepada alam dan budaya didalamnya, diapit secara cross section dari utara ke selatan : gunung merapi sampai Laut Hindia, dari barat ke timur : bukit menoreh sampai dengan bukit-bukkit kurst, luasnya kira-kira 3.150 km2, dengan jumlah penduduk 3,5 juta jiwa, kepadatan penduduk 1 km2 : 111,1 rata-rata dialiri S. Opak, S. Oya, S. Kuning, S. Gajahwong,S. Winongo, S. Bedog,S. Progo, terdapat 4 kabupaten dan kota. Masing-masing wilayah ini punya karakter kewilayahan sendiri-sendiri; bagi pariwisata memiliki daya tarik dari segi lokasi, sejarah, budaya, kesejahteraan masyarakat, dan keamanan yang mampu meninggalkan kesan positip bagi wisatawan. Masyarakat sudah mengenal hubungan-hubungan multikultural yang belum sepenuhnya dihubungkan untuk pariwisata berbasis budaya tradisional yang masih kuat, meski dilindungi oleh derap globalitas moderisme. Letak pariwisata yang cocok adalah pengembangan pariwisata berbasis alam (natural environment) dan berbasis budaya (built environment) dengan pendekatan ekologi budaya: 1. Budaya nilai-nilai direfleksikan dalam lingkungan pariwisata yang berkarakter eksistem setempat 2. Proritas budaya sebagai regulator – monitor dan evaluasi bagi bobot progress pengembangan pariwisata berbasis budaya (budaya di mengerti sebagai norma-norma keyakinan praktek cultural dan simbol-simbol) Tapi sebaiknya diperlukan manajemen untuk : 1. Pengembangkan design budaya yang standart, dinamis tervitalisasi 2. Pengembangan program design pariwisata budaya supaya dinamis sesuai segmen wisatawan dimaksud dengan perda dan pembentukan lembaga budaya lokal untuk memobilisir masyarakat 3. Pengembangan hubungan multiteral (host dan guest) yang dinamis yang saling menguntungkan (proporsional) 4. Pengembangan tool (alat) manajemen : manajemen global pariwisata untuk K.I.S manajemen-manajemen diatas. Perencanaan pengembangan suatu kawasan wisata memerlukan tahapan-tahapan pelaksanaan seperti: Marketing Research, Situational Analysis, Marketing Target, Tourism Promotion, pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam promosi dan Marketing. Lebih lanjut dijelaskan, untuk menjadikan suatu kawasan menjadi objek wisata yang berhasil haruslah memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut. (1) Faktor kelangkaan yakni: sifat objek/atraksi wisata yang tidak dapat dijumpai di tempat lain, termasuk kelangkaan alami maupun kelangkaan ciptaan. (2) Faktor kealamiahan (Naturalism) yakni: sifat dari objek/atraksi wisata yang belum tersentuh oleh perubahan akibat perilaku manusia. Atraksi wisata bisa berwujud suatu warisan budaya, atraksi alam yang belum mengalami banyak perubahan oleh perilaku manusia. (3) Faktor Keunikan (Uniqueness) yakni sifat objek/atraksi wisata yang memiliki keunggulan komparatif dibanding dengan objek lain yang ada di sekitarnya. (4) Faktor pemberdayaan masyarakat (Community empowerment). Faktor ini menghimbau agar masyarakat lokal benar-benar dapat diberdayakan dengan keberadaan suatu objek wisata di daerahnya, sehingga masyarakat akan memiliki rasa memiliki agar menimbulkan keramahtamahan bagi wisatawan yang berkunjung. (5) Faktor Optimalisasi lahan (Area optimalsation) maksudnya adalah lahan yang dipakai sebagai kawasan wisata alam digunakan berdasarkan pertimbangan optimalisasi sesuai dengan mekanisme pasar. Tanpa melupakan pertimbangan konservasi, preservasi, dan proteksi. (6) Faktor Pemerataan harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan manfaat terbesar untuk kelompok mnasyarakat yang paling tidak beruntung serta memberikan kesempatan yang sama kepada individu sehingga tercipta ketertiban masyarakat tuan rumah menjadi utuh dan padu dengan pengelola kawasan wisata. Pusaka: Ariyanto, 2005. Ekonomi Pariwisata Jakarta: Pada http://www.geocities.com/ariyanto eks79/home.htm Spillane, James.1985. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya.Yogyakarta: Kanisius. Syamsu, Yoharman. 2001. “Penerapan Etika Perencanaan pada kawasan wisata, studi kasus di kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jakarta: LP3M STP Tri Sakti, Jurnal Ilmiah, Vol 5. No. 3 Maret 2001. Hari Poerwanto. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropogi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hans. J. Daeng. 2008. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar http://www.scribd.com/doc/21677433/Ekologi-Budaya-Untuk-Pariwisata

TIPS

MEMBUAT MAKALAH ESSAY

Tulisan ini akan memaparkan sisi penulisan makalah essay yang digali berdasarkan pengalaman dalam penulisan makalah di berbagai instansi, dan berbagai lomba penulisan yang pernah diikuti. Penulisan makalah essay memang mempunyai banyak versi, apabila terjadi perbedaan pendapat, maka hal tersebut lebih cenderung sebagai perbedaan pemahaman. Dalam penulisan makalah essay mempunyai kajian yang hampir sama secara umum, namun apabila terdapat aturan yang lebih khusus, maka yang dipatuhi adalah aturan yang khusus tersebut (misalnya terdapat aturan lomba yang harus dipatuhi).

Sisi Menarik Makalah Essay

Makalah Essay merupakan bentuk karya tulis yang lebih mengedepankan penggalian ide dan analisis permasalahan lebih mendalam. Dalam penulisannya makalah essay tidak tergantung pada aturan formal yang terdapat dalam Karya Tulis Ilmiah seperti pemilihan kata, sistematika penulisan yang harus dibagi dalam bab-bab, maupun dalam pengemasan tulisan.

Isi makalah essay sebenarnya alurnya sama dengan makalah formal, hanya saja sistematika penulisannya lebih cenderung mengutamakan keringkasan dan analisis mendalam. Penulis lebih dapat mengeksplorasi kemampuannya dalam menganalisis suatu permasalahan dengan karakter bahasa yang dikuasainya, tanpa terikat oleh aturan-aturan formal. Berdasar pada karakteristik tersebut maka makalah essay mempunyai point lebih dalam segi penulisannya, karena memerlukan kemampuan dalam bidang pengemasan, eksplorasi, analisis, maupun pemilihan kata yang lebih kontemporer.

Karangan essay akan lebih maksimal bila kontent nya memberikan beberapa alternatif ide-ide yang baru untuk diterapkan. Konsep-konsep yang ditawarkan bisa telah dilaksanakan atau belum terlaksanakan. Konsep tersebut memberikan point lebih kepada tulisan essay, tidak hanya memberikan paparan deskriptif namun juga pada ide-ide pemikiran.

Beberapa kelebihan penulisan essay dibandingkan dengan karya tulis formal:

  • Pengemasan makalah essay lebih menarik
  • Cover makalah essay lebih banyak menarik pembaca untuk melihat isinya
  • Makalah essay lebih bervariatif sehingga tidak membuat pembaca menjadi jenuh atau bosan.
  • Makalah essay simpel, singkat namun mempunyai bobot yang lebih dalam analisisnya
  • Isi makalah essay lebih menarik dan nyaman untuk dibaca.
  • Makalah essay tidak banyak aturan seperti pada makalah formal, namun tetap menjaga alur dan sistematika secara ilmiah
  • Makalah essay dapat meningkatkan kemampuan dalam hal pengemasan media, maupun kreativitas penulis dalam menata tata letak dalam penulisan, baik penyajian gambar, grafik maupun berbagai media pendukung.
  • Makalah essay kebanyakan tidak menggunakan kata pengantar dan daftar isi.

Sistematika Makalah Essay

Makalah essay tidak banyak terikat oleh aturan-aturan dalam penulisan seperti karya tulis ilmiah. Essay lebih mengedepankan pada sisi pengemasan karya dan analisis karya yang lebih mendalam, dengan gaya bahasa yang khas sesuai karakteristik penulis. Secara garis besar sistematika makalah essay adalah:

  • Cover
  • Halaman depan
  • Isi makalah yang berisi judul, penulis, pendahuluan, analisis, dan kesimpulan
  • Daftar pustaka
  • Lampiran (bila diperlukan)

Cover

Cover merupakan hal yang penting dalam merancang makalah essay, karena dengan pengemasan cover yang menarik akan menjadikan banyak orang yang ingin membacanya. Apabila makalah essay dijadikan pilihan untuk mengerjakan tugas-tugas dosen, maka cover makalah essay secara psikologis lebih menarik dosen untuk membacanya. Ketertarikan tersebut apabila diikuti oleh tata letak dan isi makalah yang baik, maka akan dapat menaikkan point nilai. Apabila kesan tentang makalah essay tersebut menarik perhatian dosen maka cenderung mahasiswa yang mengemas makalah secara baik tersebut dikategorikan mahasiswa yang cerdas. Makalah dalam kuliah saat ini cenderung memiliki potensi untuk menjadi instrumen penilaian untuk menentukan nilai akhir, bahkan dapat memberi kontribusi penilaian sampai 50%.

Cover makalah essay menekankan pada pengemasan, sehingga banyak point-point yang harus diperhatikan dalam pembuatan cover yaitu:

  • Pilihlah warna cover yang tidak terlalu menyolok. Warna-warna muda lebih direkomendasikan. Pemilihan warna yang kurang tepat akan menjadikan cover redup dan tidak menarik. Hindari warna-warna tua seperti merah tua, biru tua, coklat tua (selain dalam makalah nanti dirancang untuk menggunakan tinta emas atau  perak).
  • Gunakan teknik  penjilidan yang rapi. Semakin rapi dan kreatif penjilitannya maka semakin menarik. Hindari penjilidan yang sederhana seperti menggunakan lakban karena terkesan kurang profesional. Lebih baik menggunakan jilid langsung, spiral, maupun jilid laminating.

 Pemilihan Gambar:

  • Gabungkanlah gambar dan tulisan yang saling mendukung.
  • Dalam pemilihan gambar, pilihlah gambar yang beresolusi tinggi (bila gambar dibesarkan tidak mengalami  penurunan kualitas)
  • Pilihlah gambar yang belum pernah dilihat pembaca, karena gambar yang sering/pernah dilihat pembaca akan menjadi gambar yang menjemukan.
  • Pilihlah gambar yang berdesign bagus, jangan gambar-gambar yang sederhana boleh juga menggunakan foto yang relevan bila dirasa mendukung tema cover.
  • Perhatikan bentuk gambar dan letakkanlah pada sisi yang tepat, baik atas, bawah, sisi kanan, sisi kiri sehingga gambar akan menentukan posisi tulisan yang akan dibuat.
  • Lebih baik lagi carilah gambar yang tidak dibatasi oleh bingkai sehingga antara gambar dengan cover menyatu. Apabila gambar telah berbingkai maka lebih baik dimanipulasi agar ada kesatuan dengan tulisan. Manipulasi bisa menggunakan photoshop maupun program lainnya.

Pemilihan Huruf untuk pada Cover

  • Pemilihan judul pada huruf jangan menggunakan yang miring atau italic (seperti latin) sehingga tidak dapat dibaca.
  • Gunakan huruf-huruf yang solid (tegas, tebal) untuk membuat judul. Contoh huruf yang dapat digunakan Impact, Arial Black, Bernard, Ahoni
  • Tata letak huruf pada cover disesuaikan dengan tata letak gambar agar keduanya saling mendukung
  • Tata letak dan pemenggalan judul tidak ada aturannya, tidak harus menggunakan teknik piramida terbalik seperti pada makalah formal.
  • Huruf pada judul harus lebih besar dari yang lainnya.
  • Semakin mudah dibaca dan mendominasi cover semakin bagus sehingga serasi dengan cover secara keseluruhan

Pemilihan Huruf pada Isi Cover

  • Setelah judul, keterangan lain dalam cover adalah keterangan tujuan makalah, penyusun dan identitas instansi.
  • Keterangan tujuan makalah biasanya berbunyi :

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ahmad Sanusi

  • Keterangan ini penting untuk dituliskan sebagai identitas bahwa makalah yang dibuat sesuai dengan mata kuliah yang dimaksud, dan sebagai penghargaan kepada dosen yang telah memberikan tugas/pembimbing.
  • Jenis huruf pada keterangan ini bebas, boleh juga menggunakan italic (miring) namun jangan sampai mendominasi ukurannya sehingga mengganggu yang lainnya. Keterangan ini sebagai pelengkap saja.
  • Nama penyusun dan keterangan instansi lebih baik menggunakan huruf yang mudah dibaca. Nama penyusun menggunakan huruf yang biasa (tidak terlalu tebal), sedangkan keterangan instansi lebih baik menggunakan huruf yang tebal.
  • Nama instansi biasanya diurutkan berdasarkan tingkat yang paling rendah, kemudian di bawahnya lebih tinggi, misalnya:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS  PGRI YOGYAKARTA

2013

  • Instansi sedapat mungkin jangan disingkat.

Ornamen Tambahan

  • Dalam cover dapat boleh menggunakan ornamen tambahan bila diperlukan. Ornamen tambahan tersebut seperti garis, bidang-bidang background atau yang lainnya sehingga menjadikan cover lebih menarik

Pemilihan Judul Makalah yang Baik:

Dibawah ini disajikan trik membuat judul makalah yang baik dalam essay:

  • Judul sesuai dengan tema yang diberikan oleh dosen pembimbing
  • Judul sebaiknya membahas permasalahan yang aktual dan banyak diperbincangkan masyarakat (atau dengan kasus-kasus yang kontroversial).
  • Judul menghubungkan dua komponen (X – Y).

Tema: Belajar

X   : Play Station

Y   : Prestasi Belajar

XY : Pengaruh Play Station terhadap Penurunan Prestasi Belajar Anak

  • Gunakan kata serapan (ilmiah populer)

Judul : Pengaruh Play Station terhadap Penurunan Prestasi Belajar Anak

Diubah menjadi:

Studi Deskriptif Intensitas Penggunaan Play Station terhadap Degradasi Prestasi Belajar

Isi Makalah Essay

Isi makalah essay lebih simpel. Terdiri dari judul, penyusun, pendahuluan, analisis, kesimpulan dan daftar pustaka.

1.   Judul

Judul sama dengan judul di dalam cover. Betuk hurufnya dapat sama dengan depan, asalkan ukurannya diperkecil. Boleh juga diberi ilustrasi gambar yang sesuai dengan halaman depan agar menarik perhatian.

2.   Penyusun

Penyusun dicantumkan setelah judul misalnya:

Oleh: Ahmad Pribadi*­­)

Tanda *) untuk memberi keterangan di bagian footnote di bawah kertas dengan keterangan pribadi.

*) Ahmad Pribadi, Mahasiswa Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta.

3.   Isi makalah essay

      Isi Pendahuluan:

Isi makalah essay sebenarnya alurnya sama dengan makalah formal, seperti latarbelakang masalah, batasan, rumusan masalah, manfaat dan tujuan. Perbedaannya semua sub tersebut dikemas dalam satu kesatuan dengan beberapa paragraf. Jadi semua sub tersebut digabung menjadi satu sub saja.

Judul sub dari pendahuluan tidak usah diberi notasi. Gunakan kata yang dapat mewakili persepsi bahwa yang akan dibaca adalah pendahuluan yang mengantarkan pembaca untuk menganalisis permasalahan yang akan dibahas. Contohnya bila menggunakan judul:

Studi Deskriptif Intensitas Penggunaan Play Station terhadap Degradasi Prestasi Belajar

Pendahuluan bisa menggunakan:

Fenomena Play Station  antara Teknologi dan Dampak Negatif

Wacana Awal tentang Fenomena Play Station

Dualisme Play Station antara Hiburan dan Dampak Negatif

Trik penulisan pendahuluan:

  • Sedapat mungkin gunakanlah kalimat-kalimat sendiri, karena hal tersebut dapat menjadikan naskah lebih dapat mengantarkan pembaca untuk memahami isi yang akan disajikan (penting !).
  • Alur latar belakang tetap mengacu pada penulisan ilmiah yaitu:

Tekhnik 1: Das Solen – Das Sein

Pada  penulisan pendahuluan pada paragraf-paragraf awal dituliskan kondisi yang ideal. Teori-teori yang mendukung yang bersifat positif. Pada paragraf-paragraf selanjutnya uraikanlah kenyataan di lapangan, hal-hal yang mengganggu, dampak negatif, halangan dan sebagainya.

Bila menggunakan kasus play station maka pada paragraf awal ditulis kondisi bahwa peningkatan prestasi belajar perlu terus dikembangkan. (Das Solen)

Kehadiran play station kadang menyita waktu belajar anak sehingga prestasi anak menurun karena sering bermain play station. (Das Sein)

Uraian selanjutnya menyatakan tentang batasan, rumusan, tujuan, namun komponen tersebut sebisa mungkin dapat menyatu dengan kalimat-kalimat sehingga tidak begitu terlihat secara mencolok.

Misal:

Dampak negatif dari intensitas penggunaan play station merupakan permasalahan yang perlu dikaji agar pengaruh tersebut tidak mempengaruhi prestasi belajar anak.

 Pada teknik piramida terbalik maka permasalahan dibahas dari hal yang luas seperti pendidikan di Indonesia. Kemudian menyempit ke kabupaten, dan ke sekolah.

Bila menggunakan kasus play station maka pada kajian yang luas membahas masalah Prestasi belajar merupakan salah satu komponen yang dikembangkan di sekolah (luas), berbagai strategi pembelajaran telah dilakukan (lebih sempit), banyak pengaruh lingkungan (menyempit lagi), terdapat play station yang mengganggu peningkatan prestasi (permasalahan).

       Isi Analisis:

Alur isi dari analisis tetap berpegang pada sistematika pembahasan yaitu uraian tentang Faktor X, Faktor Y, kemudian Faktor X dan Y.

Faktor X adalah Play Station.

Kajian dari faktor X hanya menguraikan tentang play station. Judul sub dapat berupa;

Fenomena Play Station

Play Station  sebuah Permainan Virtual tanpa Basis Usia

 Faktor Y adalah Prestasi Belajar

Kajian tentang Prestasi Belajar dapat menggunakan sub judul

Urgensi Prestasi Belajar

Prestasi Belajar dan Berbagai Faktor yang Mempengaruhinya

 Faktor X dan Y adalah Studi Deskriptif Intensitas Penggunaan Play Station terhadap Degradasi Prestasi Belajar

Sub Judul yang dapat digunakan:

Play Station dan Degradasi Prestasi Belajar

Korelasi Play Station dan Degradasi Prestasi Belajar

Merefleksi Dampak Play Station terhadap Degradasi Prestasi Belajar

Trik penulisan isi dari makalah essay:

  • Hindari penggunaan kata ganti orang. Ia, Dia, Mereka, Anda, Saya dan sebagainya
  • Hindari penggunaan kalimat-kalimat percakapan. Misalnya: Saya akan membahas tentang permasalahan yang sering kita alami. (bukan kalimat ilmiah)

Diganti: Pada kajian ini pembahasan akan terfokus pada masalah prestasi belajar anak.

  • Hindari kata sambung di dekan kata. Karena, walaupun, dan, hingga, dan sebagainya.
  • Hindari penggunaan kata berulang.
  • Apabila mengambil kata asing atau daerah, dicetak miring.
  • Paragraf dibuat seimbang. Jangan sampai paragraf 1 banyak sekali paragraf 2 sedikit sekali.
  • Dalam 1 paragraf minimal 2 kalimat. Jangan 1 paragraf hanya 1 kalimat.
  • Diupayakan semua paragraf mempunyai jarak spasi sama baik di dalam paragraf maupun antar paragraf.
  • Bila dalam paragraf ada angka atau keterangan yang perlu dipertanggungjawabkan maka wajib mencantumkan cuplikan misalnya (Ratno, 2011: 3). Artinya buku yang ditulis Ratno, tahun 2011 halaman 3. Semua buku untuk cuplikan ditulis di Daftar Pustaka.

Trik mencari data di internet:

  • Cari data yang terdapat orang yang menulisnya sehingga dapat dimasukkan ke dalam daftar pustaka. Artikel yang tidak ada nama pengarangnya kurang ilmiah untuk dicantumkan.
  • Cari data  yang tidak berbahasa percakapan, namun berbahasa ilmiah atau deskriptif, sehingga tidak terlalu lama untuk mengedit.
  • Jangan semua data di internet dimasukkan. Pilih data-data yang relevan. Semakin banyak data semakin bagus.
  • Carilah data yang mengkaji bahasan secara tuntas. Biasanya berekstensi .PDF.
  • Setiap mengambil data di internet jangan lupa sumbernya (penting !)

      Isi Kesimpulan:

Kesimpulan merupakan resume dari kajian yang telah dipaparkan. Kesimpulan awal harus menjawab judul (penting !). Kesimpulan pada paragraf berikutnya menyimpulkan hal yang perlu disimpulkan. Apabila perlu ditambahkan saran, maka dapat ditambahkan saran-saran kepada berbagai pihak.

Kalimat yang bisa digunakan sebagai Kesimpulan antara lain:

Wacana Akhir

Refleksi Ulang Play Station bagi Prestasi Belajar

Akhir Wacana yang Perlu Dikaji tentang Play Station

 

4. Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah semua buku dan artikel internet yang digunakan dalam membahas kajian yang telah diambil. Makalah yang tidak mempunyai daftar pustaka merupakan makalah yang tidak ilmiah.

 Trik Penulisan Daftar Pustaka:

  • Semakin banyak daftar pustaka semakin bagus
  • Jangan menulis daftar pustaka hanya alamat web di internet saja, tapi juga harus nama penulis dan tahun sesuai dengan tata penulisan daftar pustaka.
  • Bila mengambil di internet pastikan bernama, bertahun.

Penulisan:

Buku:

Nama. Tahun. Judul (miring). Kota: Penerbit.

Anton. 2011. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Citra Media.

Internet:

Anton. 2011. Pentantar Pendidikan. (Online) (htpp://www.pengantarpendidikan.com, diakses tanggal 10 Februari 2011)

Koran:

Anton. 2011. Sebuah Kajian Pendidikan di Era Global. Artikel dalam Kedaulatan Rakyat, Edisi XXX, tanggal 10 Februari 2011, halaman 2.

Jurnal:

Anton. 2011. Sebuah Kajian Pendidikan di Era Global. Artikel jurnal Kartika Bangsa, Edisi XXX, tanggal 10 Februari 2011, halaman 32.

Makalah:

Anton. 2011. Sebuah Kajian Pendidikan di Era Global. Makalah disampaikan dalam Seminar Paradigma Pendidikan di Era Global, di Hotel Santika tanggal 11 Februari 2011.

Daftar pustaka di setiap instansi berbeda-beda jika timbul perbedaan, lebih baik melihat pedoman penulisan karya tulis ilmiah. Banyak pembimbing yang tidak begitu mempermasalahkan teknik penulisan daftar pustaka standard, yang terpenting adalah daftar pustaka menganut pada satu peraturan penulisan dan sisi pertanggungjawabannya ada dalam daftar pustaka.

TIPS

NATURAL SCIENCE, SOSIAL SCIENCE, DAN HUMANIORA

A.  Natural Science dan Social Science

Ilmu berkembang dengan pesat sering dengan penambahan jumlah cabang-cabangnya. Hasrat untuk menspesialisasikan diri pada satu bidang telaah yang memungkinkan analisis yang makin cermat dan seksama menyebabkan objek forma dari disiplin keilmuan menjadi kian terbatas. Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam atau the natural sciences dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial atau the social sciences (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 93).

Ilmu-ilmu alam  membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta, sedangkan ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit, dan ilmu bumi yang mempelajari bumi (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 93). Tiap-tiap cabang kemudian membikin ranting-ranting baru seperti fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan dan magnetisme, fisika nuklir dan kimia fisik (ilmu-ilmu murni).

Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 94).

Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibanding dengan ilmu-ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia) ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara) (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 94). Cabang utama ilmu-ilmu sosial ini kemudian mempunyai cabang-cabang lain seperti antropologi terpecah menjadi lima yakni arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 95).

Munculnya persoalan epistemologi bukan mengenai suatu prosedur penyelidikan ilmiah, tetapi dengan mempertanyakan “mengapa prosedur ini bukan yang lain”. Dalam konteks ilmu sosial, filsafat mempertanyakan metode dan prosedur yang dipergunakan peneliti sosial dari disiplin sosial (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 46). Ilmu alam  memang terkait secara pokok dalam positivistik, mempelajari sesuatu yang objektif, tidak hidup, dunia fisik. Kajian masyarakat, hasil akal manusia, adalah subjektif, emotif bersifat subyektif. Tingkah laku masyarakat adalah selalu mengandung nilai, dan pengetahuan reliabel tentang kebudayaan hanya dapat digapai dengan cara mengisolasi ide-ide umum, opini atau tujuan khusus masyarakat. Hal tersebut membuat tindakan sosial adalah penuh bermakna subyektif.

Alat untuk memperoleh pengetahuan sangat tergantung dari asumsi terhadap objek. Demikian juga telaah dalam filsafat ilmu, sarana dan alat untuk memproses ilmu harus konsisten dengan karakter objek material ilmu. Berdasarkan kondisi tersebut terdapat perbedaan paradigma yang disebabkan oleh karakter objek yang berbeda. Misalnya antara ilmu alam dan ilmu sosial yang terdapat perbedaan metode dan sarana yang dipakai (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 47).  Objek material adalah bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan (misalnya ilmu kedokteran, ilmu sastra, psikologi) sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu terhadap objek materialnya misalnya ilmu kedokteran objek formalnya keadaan fisik manusia (Lasiyo dan Yuwono, 1984: 5).

Hindes Barry (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 47) menyatakan bahwa keabsahan yang merupakan bukti bahwa suatu ilmu adalah benar secara epistemologis bukanlah sesuatu yang didatangkan dari luar, melainkan hasil dari metode penyelidikan dan hasil penyelidikan. Oleh karena itu masalah keabsahan apakah ukurannya cocok tergantung pada metode dan karakter objek, sehingga jenis ilmu yang satu dan lainnya tidak sama. Dengan kata lain seseorang tidak bisa menguji metode dan hasil ilmu yang satu dengan menggunakan ilmu lainnya.

Kajian tersebut dapat menjadi dasar perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosial berdasarkan perspektif epistimologi yaitu:

1). Ilmu-Ilmu Alam

Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek empiris di alam semesta ini. Ilmu alam mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan objek telaahnya maka ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris. Ilmu membatasi diri hanya pada kejadian yang bersifat empiris. Objek-objek yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia tidak termasuk bidang penelaahan ilmu (Yuyun S, 1981: 6).

Ilmu alam mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain:

  1. Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, yaitu dalam hal bentuk struktur dan sifat, sehingga ilmu tidak bicara mengenai kasus individual melainkan suatu kelas tertentu.
  2. Menanggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kelestarian relatif dalam jangka waktu tertentu ini memungkinkan dilakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang sedang diselidiki.
  3. Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dan urut-urutan kejadian yang sama (Yuyun S, 1981: 7).

Dalam pandangan empirisme ilmu tidak menuntut adanya hubungan kausalitas yang mutlak, sehingga suatu kejadian tertentu harus diikuti oleh kejadian yang lain, melainkan bahwa suatu kejadian mempunyai kemungkinan besar untuk mengakibatkan terjadinya kejadian lain. Ilmu tentang objek empiris pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan, hal ini perlu sebab kejadian alam sangat kompleks. Kegiatan yang dilakukan dalam ilmu alam tidak merupakan objek penelitian ilmu alam, sebab praktek ilmu alam merupakan suatu aktivitas manusia yang khas. Manusia memang dapat terlibat sebagai subjek dan sebagai objek, dengan kata lain manusia adalah mempraktekkan dan diprakteki (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).

2). Ilmu-ilmu Sosial

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar. Objek material ilmu sosial lain sama sekali dengan objek material dalam ilmu alam. Objek material dalam ilmu sosial adalah berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, bebas dan tidak deterministik (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).

Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu merupakan konsekuensi dari perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial juga menimbulkan perbedaan pendekatan. Dalam ilmu manusia praktek ilmiah sebagai aktivitas manusiawi merupakan juga objek penelitian ilmu manusia, misalnya psikologi, psikis, sosiologis, dan sejarah. Spesifikasi ilmu sejarah adalah data peninggalan masa lampau baik berupa kesaksian, alat-alat, makam, rumah, tulisan dan karya seni, namun objek ilmu sejarah tidak dapat dikenai eksperiment karena menyangkut masa lampau. Kondisi tersebut yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi berkaitan dengan sikap menilai dari subjek penelitian, maka objektivitas ilmu sejarah sebagai ilmu kemanusiaan (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 51).

Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial kadang dinilai gagal dalam menangkap kekomplekan gejala, didasarkan pada kegagalan dalam membedakan antara pernyataan beserta sistematika yang dipakai dengan gejala sosial yang dinyatakan oleh pernyataan tersebut. Tidak semua argumentasi tentang kerumitan gejala sosial yang menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu sosial. Rangkaian argumentasi yang lain didasarkan pada tuduhan bahwa metode keilmuan tidak mampu untuk menangkap “keunikan” gejala sosial dan manusiawi. Penelaahan sosial tertarik kepada keungikan tiap-tiap kejadian sosial, padahal metode keimuan hanya mampu mensistematikakan berdasarkan generaslisasi, maka keadaan in menyebabkan harus ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu sosial (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 143).

Objek penelaahan Ilmu Sosial mempunyai karakter (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 134) di bawah ini:

1). Objek Penelaahan yang Kompleks

Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alam. Ahli ilmu alam berhubungan dengan satu jenis gejala yakni gejala yang bersifat fisik. Gejala sosial juga mempelajari karakteristik fisik namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu menerangkan gejala tersebut. Guna menjelaskan hal ini berdasarkan hukum-hukum seperti yang terdapat dalam ilmu alam tidaklah cukup.

Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang bersifat umum. Penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif kecil yang dapat diukur secara tepat. Ilmu-ilmu sosial mempelajari manusia selaku perseorangan maupun selaku anggota dari suatu kelompok sosial yang menyebabkan situasi yang bertambah rumit. Variabel dalam penelaahan sosial adalah relatif banyak  kadang-kadang membimbingkan peneliti.

Apabila seorang ahli kimia mencampurkan dua buah zat kimia dan meledak, hal itu dapat dijelaskan dengan tepat dalam ilmu alam, namun apabila terjadi kejahatan, maka kajiannya terdapat faktor yang banyak sekali untuk dijelaskan. Faktor-faktor penjelas yang dimaksud antara lain, apa latar belakang kejahatan, bagaimana latar belakang psikologi orang, mengapa harus memilih  melakukan kejahatan dan sebagainya. Tingkat-tingkat kejadian suatu peristiwa sosial selalu menyulitkan ahli ilmu sosial untuk menetapkan aspek-aspek apa saja yang terlibat, pola pendekatan mana yang paling tepat dan variabel-variabel apa saja yang termasuk di dalamnya.

2). Kesukaran dalam Pengamatan

Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan gejala ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin melhat, mendengar, meraba, mencium atau mengecap gejala yang sudah terjadi di masa lalu. Serorang ahli pendidikan yang sedang mempelajari sistem persekolahan di zaman penjajahan dulu tidak dapat melihat dengan mata kepala sendiri kejadian-kejadian tersebut. Keadaan ini berbeda dengan seorang ahli kimia yang bisa mengulang kejadian yang sama setiap waktu dan mengamati suatu kejadian tertentu secara langsung.

3). Objek Penelaahan yang Tak Terulang

Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan gejala tersebut dapat diamati sekarang. Gejala sosial banyak yang bersifat unik dan sukar untuk terulang kembali. Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik melalui perumusan kuantitatif dan hukum yang berlaku umum. Masalah sosial sering kali bersifat spesifik dan konteks historis tertentu. Kejadian tersebut bersifat mandiri. Bervariasinya kejadian-kejadian sosial ditambah dengan sulitnya pengamatan secara langsung waktu penelaahan dilakukan menyebabkan sukarnya mengembangkan dan menguji hukum-hukum sosial.

4). Hubungan antara Ahli dan Objek Penelaahan Sosial

Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang mati. Ahli ilmu alam tidak usah memperhitungkan tujuan atau motif dari planet. Ahli sosial mempelajari manusia yang merupakan makhluk yang penuh tujuan dalam tingkah laku. Manusia bertindak sesuai dengan keinginannya dan mempunyai kemampuan untuk melakukan pilihan atas tindakan yang akan diambilnya. Hal ini menyebabkan manusia dapat melakukan perubahan dalam tindakannya. Kondisi ini menyebabkan objek penelaahan ilmu sosial sangat dipengaruhi oleh keinginan dan pilihan manusia maka gejala sosial berubah secara tetap sesuai dengan tindakan manusia yang didasari keinginan dan pilihan tersebut.

Ahli ilmu alam menyelidiki proses alami dan menyusun hukum yang bersifat umum mengenai proses. Ahli alam tidak bermaksud untuk mengubah alam atau harus setuju dan tidak setuju dengan proses tersebut. Ahli ilmu alam hanya berharap bahwa pengetahuan mengenai gejala fisik dari alam akan memungkinkan manusia untuk memanfaatkan proses alam. Ahli ilmu sosial tidaklah bersikap sebagai penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial.

Ahli ilmu alam mempelajari fakta  dan memusatkan perhatiannya pada keadaan yang terjadi pada alam. Ahli ilmu sosial juga mempelajari fakta umpamanya mengenai kondisi-kondisi yang terdapat dalam suatu masyarakat. Peneliti mencoba untuk tidak terlibat dalam pola yang ada di masyarakat, namun kadang peneliti kemudian mengembangkan materi berdasarkan penemuannya tersebut untuk dapat diaplikasikan kepada masyarakat.

Perbedaan-perbedaan secara epistemologi tersebut dapat dijadikan asumsi bahwa pada pengkajian ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial tidak dapat disamakan. Metode dalam pengkajian ilmu-ilmu alam berbeda objeknya sehingga akan menyebabkan perbedaan cara pengkajian.

 

2. Humanioria

Humaniora adalah disiplin akademis yang mempelajari kondisi manusia, menggunakan metode analitik, kritis, atau spekulatif, yang membedakan dari pendekatan empiris terutama ilmu-ilmu alam dan sosial.
Contoh disiplin humaniora yang kuno dan modern adalah: bahasa, sastra, hukum, sejarah, filsafat, agama, dan seni visual dan pertunjukan (termasuk musik). Terdapat bidang kajian yang lainnya yang kadang dimasukkan dalam bidang humaniora dianttaranya  teknologi, antropologi, studi wilayah, komunikasi, studi budaya, dan linguistik, meskipun hal ini sering dianggap sebagai ilmu-ilmu sosial.

Apa yang membedakan humaniora dari ilmu-ilmu alam bukan suatu hal yang pokok, melainkan cara pendekatan dalam mempertanyakan tentang kajian ilmu. Humaniora terfokus pada pemahaman makna, tujuan, dan sasaran yang lebih jauh dan apresiasi dari sejarah dan sosial dengan menggunakan metode fenomena yang interpretatif untuk mencari “kebenaran”. Humaniora menawarkan berbagai jenis keunikan, kesenangan, kenikmatan. Kesenangan tersebut sesuai dengan peningkatan privatisasi, penggunaan waktu luang dan kepuasan instant.

Sumber Rujukan:

Jujun S. Suriasumantri. 2005. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

————–. 2006. Ilmu dalam perspektif sebuah kumpulan dan karangan tentang hakekat ilmu. Yogyakarta:  Liberty.

Lasiyo dan Yuwono. 1984. Pengantar Ilmu filsafat. Yogyakarta: Liberty.

Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2007. Filsafat ilmu sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.

Yuyun S. 1981. Ilmu dalam perspektif. Yogyakarta: Gramedia.

Internet. http://www.wikipedia.com